会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos!

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

时间:2025-06-01 16:17:33 来源:quickq ios怎么下载 作者:综合 阅读:588次
Jakarta,quickq最新版本 CNN Indonesia--

Media sosial (medsos) menjadi sesuatu yang lekat dengan kehidupan masyarakat di era digital. Konsumsi konten receh secara berlebihan di media sosial ternyata bisa berdampak buruk, salah satunyabrain rot.

Brain rotsendiri merupakan penurunan kondisi mental akibat konsumsi materi secara berlebihan. Dalam jangka panjang, kondisi ini bahkan disebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kecemasan dan depresi.

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

Di era internet, istilah ini merujuk pada konsumsi konten receh di media sosial secara berlebihan.

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

ADVERTISEMENT

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Afifah, istilah brain rotpertama kali muncul pada sekitar tahun 1800-an. Kini, istilah tersebut dipopulerkan oleh Gen Z dan Gen Alpha.

"Untuk sosial media itu sendiri sangat berdampak [menyebabkan Brain Rot], karena aktivitas pada sosial media seperti TikTok, Instagram, atau YouTube Shorts itu kan aktivitas yang singkat, maksimal 30 detik sampai 60 detik dan itu sifatnya entertaining. Orang itu akan mendapatkan kepuasan secara instan. Dari kepuasan instan itu dan juga kalau kontennya dirasa tidak menyenangkan atau membosankan, bisa scrolllagi," kata Afifah dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia TV.

"Itu jadinya rentang atensinya berkurang," tambahnya.

Brain rotini berpotensi dialami oleh pengguna di semua rentang usia, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Beberapa tanda terjadinyabrain rotadalah sulitnya berkonsentrasi kala beraktivitas hingga kesulitan untuk melepaskan diri dari gadget.

Selain itu, ada beberapa ciri lain seperti rentang atensi atauattention spanyang berkurang hingga lebih mudah mengalami stress.

"Cirinya yang paling sering terlihat adalah rentang atensinya berkurang. Itu tidak hanya menyerang kognitif, tapi juga kesehatan mental. Jadi lebih sering stress, cemas, jadi FOMO (fear of missing out). Dan juga bisa mengisolasi diri dari lingkungan sosial," tutur Afifah.

Menurut Afifah, masalah isolasi diri dari lingkungan sosial tersebut terjadi karena yang terlihat di sosial media itu hanya yang bagus-bagus saja, dan jarang sesuatu yang sedih.

"Jadi orang enggak relatedengan kesedihan orang lain. Lebih iri melihat dia udah sukses, dia bahagia," jelasnya.

Lebih lanjut, Afifah mengatakan durasi ideal untuk bermain medsos adalah 2 jam sehari, terutama untuk anak-anak dan remaja yang perkembangan otaknya sedang pesat.

(lom/sfr)

(责任编辑:探索)

相关内容
  • 7 Tanda Ginjal Anak Bermasalah, Ayah Ibu Tak Boleh Abai
  • 5 Posisi Bercinta Anti
  • Menteri PUPR Basuki Beri Jawaban Begini Usai Diisukan Mundur dari Kabinet Jokowi
  • 7 Tanda Cowok Introvert Suka Kamu, Malu
  • Polri Ungkap 7 Terpidana Pembunuhan Vina Cirebon Pernah Ajukan Grasi ke Jokowi dan Akui Kesalahannya
  • Sembilan Partai Terancam Tak Masuk Parlemen, Intip Real Count Sementara Pileg dari Situs KPU
  • Ramah Lingkungan, PSI Dorong Penambahan Jalur Sepeda di Jakarta
  • AHY Akui Penunjukkannya Serba Mendadak, Dipanggil Jokowi Hingga Diminta Jadi Menteri
推荐内容
  • Nasabah Inginkan PKPU KSP Indosurya Cepat Berakhir dengan Damai
  • Aksi Nyata PNM Cabang Banyuwangi Cegah Stunting dan Peduli Gizi di 8 Titik
  • Pembangunan Istana dan Hotel Nusantara Sesuai Target, Upacara 17 Agustus 2024 Siap Digelar di IKN
  • INFOGRAFIS: Lestarikan Lingkungan Lewat Keseharian, Ngapain Aja?
  • Kerja Sama Berujung Wanprestasi, Massa VMA Geruduk Kantor TNB
  • FOTO: Kemayoran Bersiap Sambut Jakarta Fair 2024